PENGGUNAAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENINGKATAN KAPABILITAS INOVASI PERUSAHAAN ASURANSI BUMI PUTERA 1912
Pendahuluan
Infrastruktur teknologi informasi merupakan isu sentral dalam beberapa tahun terakhir baik dalam bisnis maupun dalam manajemen sistem informasi. Infrastruktur teknologi informasi telah menjadi alat yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing sehingga menjadikan penggunaan infrastruktur teknologi informasi sebagai kebutuhan strategi yang merupakan kunci yang memungkinkan implementasi dari sistem inovasi, mengurangi biaya, meningkatkan bargaining power, mendefinisikan kembali dan meningkatkan pelayanan dan memungkinkan perusahaan untuk menawarkan produk-produk baru. Selain itu, infrastruktur teknologi informasi dibutuhkan oleh perusahaan agar dapat mengalami perubahan-perubahan gradual untuk mendapatkan keuntungan dengan adanya teknologi baru dan efisiensi. Infrastruktur teknologi informasi juga dibutuhkan untuk mengadakan perubahan-perubahan proses bisnis guna memenuhi kebutuhan strategi saat ini dan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Infrastruktur teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai pondasi dasar dari kapabilitas teknologi informasi. Kapabilitas teknologi informasi ini meliputi internal technical (equipment, software dan cabling) maupun human expertise yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan yang dapat dipercaya. Infrastruktur teknologi informasi yang sama di satu perusahaan mungkin dapat membuat inovasi dalam proses bisnis menguntungkan, sedangkan di perusahaan lain infrastruktur teknologi informasi tersebut kurang menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh keefektifan dari a human information technology infrastructure yang mempengaruhi cara teknologi informasi dalam mengubah output yang dihasilkan. Keefektifan ini dapat diukur dari besar kualitas dari pemahaman, keterampilan dan pengalaman dari the human technology information infrastructure dalam mengembangkan dan mengimplementasikan teknologi informasi. Hal ini digambarkan sebagai fleksibilitas teknologi informasi. Fleksibilitas memberikan organisasi kemampuan untuk mengontrol lingkungan di luar organisasi secara efektif yang merupakan sumber potensial untuk mencapai posisi persaingan yang baik. Disamping itu, fleksibilitas infrastruktur ini menentukan kemampuan dari perusahaan untuk cepat dan peka menanggapi perubahan-perubahan dari luar, dimana hal ini penting bagi inovasi.
Landasan Teori
Broadbent dan Weill (1996) mengemukakan bahwa infrastruktur teknologi informasi memberikan pondasi dasar bagi kapabilitas teknologi informasi yang digunakan untuk membangun aplikasi bisnis dan biasanya dikelola oleh kelompok sistem informasi, seperti terlihat dalam gambar berikut ini:
IT Infrastructure Sumber: Broad dan Weill (1996)
Tingkat paling dasar dari komponen teknologi informasi, seperti komputer dan teknologi komunikasi, yang saat ini merupakan komoditi utama dan dapat dengan mudah diperoleh di market place. Pada lapisan kedua terdiri dari serangkaian pelayanan yang tersedia seperti: management of large scale data processing, provision of electronic data interchange (EDI) capability, atau management of firm-wide database. Komponen tingkat dasar diubah ke dalam penggunaan pelayanan infrastruktur teknologi informasi oleh human information technology infrastructure yang merupakan kombinasi dari knowledge, skill dan experience. Dengan demikian, human information technology infrastructure mengubah komponen infrastruktur teknologi informasi menjadi serangkaian pelayanan infrastruktur teknologi informasi yang dapat dipercaya. Investasi teknologi informasi yang digunakan, dan terletak di atas, merupakan aplikasi infrastruktur, seperti order entry pembukaan rekening bank, analisis penjualan dan sistem pembayaran, yang merupakan bentuk proses bisnis sesungguhnya.
Duncan et al (1995) mengemukakan ada empat dimensi infrastruktur teknologi aspek manusia yaitu: (1) pengetahuan dan keahlian manajemen tentang teknologi informasi, (2) pengetahuan dan keahlian fungsional tentang bisnis, (3) keahlian interpersonal dan manajemen, dan (4) pengetahuan dan keahlian teknikal. Pengetahuan dan keahlian manajemen tentang teknologi berhubungan dengan dimana dan bagaimana menyebarkan teknologi informasi secara efektif dan menguntungkan untuk mencapai tujuan-tujuan strategi bisnis. Pengetahuan dan keahlian fungsional tentang bisnis meliputi tingkat pengetahuan dan variasi fungsi di dalam bisnis dan kemampuan untuk mengetahui semua lingkungan bisnis. Keahlian interpersonal dan manajemen meliputi kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan personal dalam area fungsional dan untuk bekerja di dalam suatu lingkungan kolaborasi, serta kemampuan untuk memimpin tim proyek. Pengetahuan dan keahlian teknikal mengukur dalam dan luasnya keistimewaan teknologi informasi teknik (sistem operasi, bahasa pemrogaman, sistem manajemen database, network, telekomunikasi, dan lain-lain) di dalam organisasi.
Profil Perusahaan
Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng. Dwidjosewojo – Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia Belanda (PGHB) sekaligus Sekretaris I Pengurus Besar Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas pendirian perusahaan asuransi karena didorong oleh keprihatinan mendalam terhadap nasib para guru bumiputera (pribumi). Ia mencetuskan gagasannya pertama kali di Kongres Budi Utomo, tahun 1910. Dan kemudian terealisasi menjadi badan usaha – sebagai salah satu keputusan Kongres pertama PGHB di Magelang, 12 Februari 1912. Sebagai pengurus, selain M. Ng. Dwidjosewojo yang bertindak sebagai Presiden Komisaris, juga ditunjuk M.K.H. Soebroto sebagai Direktur, dan M. Adimidjojo sebagai Bendahara. Ketiga orang iniah yang kemudian dikenal sebagai “tiga serangkai” pendiri Bumiputera, sekaligus peletak batu pertama industri asuransi nasional Indonesia.
Tidak seperti perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) – yang kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu; sejak awal pendiriannya Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha “mutual” atau “usaha bersama”. Semua pemegang polis adalah pemilik perusahaan – yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan. Asas mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan idealisme dan profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan utama Bumiputera hingga hari ini.
Perjalanan Bumiputera yang semula bernama Onderlinge Levensverzekering Maatschappij PGHB (O.L. Mij. PGHB) kini mencapai 9 dasawarsa. Sepanjang itu, tentu saja, tidak lepas dari pasang surut. Sejarah Bumiputera sekaligus mencatat perjalanan Bangsa Indonesia. Termasuk, misalnya, peristiwa sanering mata uang rupiah di tahun 1965 – yang memangkas asset perusahaan ini; dan bencana paling hangat – multikrisis di penghujung millenium kedua. Di luar itu, Bumiputera juga menyaksikan tumbuh, berkembang, dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak sanggup menghadapi ujian zaman – mungkin karena persaingan atau badai krisis. Semua ini menjadi cermin berharga dari lingkungan yang menjadi bagian dari proses pembelajaran untuk upaya mempertahankan keberlangsungan.
Memasuki millenium ketiga, Bumiputera yang mengkaryakan sekitar 18.000 pekerja, melindungi lebih dari 9.7 juta jiwa rakyat Indonesia, dengan jaringan kantor sebanyak 576 di seluruh pelosok Indonesia; tengah berada di tengah pencapaian baru industri asuransi Indonesia. Sejumlah perusahaan asing menyerbu dan masuk menggarap pasar domestik. Mereka menjadi rekan sepermainan yang ikut meramaikan dan bersama-sama membesarkan industri yang dirintis oleh pendiri Bumiputera, 96 tahun lampau. Bagi Bumiputera, iklim kompetisi ini meniupkan semangat baru; karena makin menegaskan perlunya komitmen, kerja keras, dan profesionalisme. Namun, berbekal pengalaman panjang melayani rakyat Indonesia berasuransi hampir seabad, menjadikan Bumiputera bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menjadi asuransi Bangsa Indonesia – sebagaimana visi awal pendirinya. Bumiputera ingin senantiasa berada di benak dan di hati rakyat Indonesia.
Analisis
Para profesional teknologi informasi perusahaan asuransi Bumi Putera 1912 mendeskripsikan bahwa pimpinan kerja mereka mempunyai tanggung jawab dan peran kunci bagi pelayanan sistem informasi sebagai pusat merespon kebutuhan bisnis yang terjadi dimana kecepatan dan kepekaan merespon kebutuhan konsumen itu penting bagi kesuksesan inovasi. Tingkat pemahaman teknologi informasi khususnya yang dimiliki oleh manajer puncak asuransi Bumi Putera 1912 merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam penyebaran teknologi informasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat kematangan teknologi informasi selain digunakan dalam mengambil keputusan strategi teknologi apa yang akan dijalankan juga bermanfaat untuk mengambil keputusan di investasi bidang teknologi dan selanjutnya berhubungan erat dengan ketersediaan prasarana dasar di bidang komunikasi dan teknologi. Kesesuaian antara strategi bisnis dengan strategi teknologi informasi sangat bermanfaat bagi organisasi untuk menciptakan dan menambah efisiensi, mengurangi biaya-biaya, menciptakan barriers to entry, meningkatkan hubungan dengan konsumen dan buyers/suppliers, menciptakan produk baru dan penyelesaian masalah-masalah bisnis.
Dalam penyusunan strategi teknologi informasi perlu adanya koherensi antara strategi teknologi informasi dengan strategi perusahaan. Konsep “organizational fit” beragumen bahwa varian dalam struktur teknologi informasi organisasi seharusnya sesuai dengan semua variabel organisasi seperti: struktur pembuatan keputusan, filosofi manajerial, bentuk organisasi, dan struktur kompetitif organisasi. Untuk mencapai kesesuaian itu, organisasi perlu menyesuaikan sumber daya-sumber daya internal organisasi dengan kesempatan dan risiko lingkungan sehingga kecepatan dan kepekaan dalam menghadapi perubahan-perubahan dari luar sangat dibutuhkan dan teknologi informasi sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Teknologi informasi bermanfaat dalam menambah kecepatan dan kepekaan menanggapi perubahan-perubahan dari luar dimana kecepatan merespon sangat penting bagi inovasi. Penggunaan teknologi informasi penting untuk mengetahui integrasi dan ketersediaan informasi yang mungkin dihubungkan dengan penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan komunikasi internal dan kesuksesan inovasi, memfasilitasi tingkat yang lebih tinggi dari koordinasi dan integrasi dari aktivitas-aktivitas dalam perusahaan asuransi Bumi Putera 1912 yang tergambar dalam rerangka berikut:
Kesimpulan
Penggunaan infrastruktur teknologi informasi merupakan respon strategik yang dilakukan perusahaan asuransi Bumi Putera 1912 dalam rangka menghadapi persaingan atau ketidakpastian lingkungan bisnis. Semakin tinggi ketidakpastian lingkungan bisnis akan mengakibatkan semakin banyaknya informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan guna mengevaluasi berbagai kemungkinan strategi yang dapat diterapkan sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan yang terbaik. Koherensi antara strategi teknologi informasi dengan strategi bisnis sangat diperlukan oleh perusahaan asuransi Bumi Putera 1912, mengingat dengan koherensi strategi memungkinkan perusahaan memperkuat posisi pasar terhadap para pesaing, pemasok dan pelanggan yang pada gilirannya memungkinkan perusahaan memperoleh keunggulan bersaing melalui inovasi. Semakin tinggi tingkat pemahaman tentang teknologi informasi akan semakin tinggi tingkat kapabilitas inovasi. Oleh sebab itu, apabila infrastruktur dianggap sebagai langkah penting bagi perusahaan dalam memasuki era persaingan bebas, maka peningkatan keterampilan dan pemahaman tentang teknologi informasi terutama bagi pimpinan puncak dan para manajer dari suatu perusahaan menjadi prasyarat inti dalam mencapai efisiensi, efektivitas dan kapabilitas inovasi dalam kegiatan usaha. Agar perusahaan asuransi Bumi Putera 1912 mampu bersaing dalam lingkungan global, diperlukan strategi yang tepat sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Salah satunya adalah dengan terus-menerus melakukan inovasi, pengembangan, perbaikan maupun penemuan-penemuan baru untuk mencapai keunggulan bersaing. Teknologi informasi memungkinkan suatu perusahaan yang mengadopsinya untuk memiliki keunggulan bersaing.
Saran
Faktor yang paling dominan dari tingkat penggunaan infrastruktur teknologi informasi yang mempengaruhi peningkatan kapabilitas inovasi adalah tingkat kesadaran terhadap investasi dalam teknologi informasi. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dan para manajer asuransi Bumi Putera 1912 apabila perusahaan ingin mencapai keunggulan kompetitif melalui inovasi produk dan inovasi proses sebaiknya lebih mengingkatkan investasi dalam teknologi informasi. Selain itu, strategi teknologi informasi dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dan para manajer asuransi Bumi Putera 1912 dalam menentukan strategi yang akan diterapkan. Koherensi antara strategi bisnis dan strategi teknologi informasi perlu dicapai karena hal ini akan memungkinkan perusahaan asuransi Bumi Putera 1912 tetap exist dalam persaingan bisnis. Infrastruktur teknologi informasi yang mempengaruhi kapabilitas inovasi adalah tingkat pemahaman tentang teknologi informasi. Hal ini mengimplikasikan bahwa pimpinan perusahaan dan para manajer asuransi Bumi Putera 1912 harus senantiasa meningkatkan kemampuan mereka dalam bidang teknologi informasi sehingga dapat mencapai keunggulan kompetitif melalui inovasi produk dan inovasi proses.
REFERENSI
Duncan, N.B. 1995. Capturing Flexibility of Informations Technology Infrastructure: A Study of Resources Characteristic and Their Measure. Journal of Information System. Vol 12. No 2. pp. 37-57.
Martin, E. Wainright. 2005. Managing Information Technology. Fifth Edition. Pearson Prentice Hall
Weill, P., Broadbent, M., & Butler, C. 1996. Exploring How Firm View IT Infrastructure. Work Paper at the Sixteenth International Converence on Information System, Amsterdam.
www.bumiputera.com
No comments:
Post a Comment