Friday, April 1, 2011

Double Your Team Performance

 
Coming together is a beginning; Keeping together is progress; Working together is success (datang berkumpul bersama adalah sebuah permulaan; tetap tinggal bersama adalah sebuah kemajuan; bekerja bersama adalah sebuah keberhasilan). (Henry Ford, 1863- 1947).

Seperti diungkapkan oleh Henry Ford, tujuan dan sekaligus menjadi nilai utama dari sebuah tim adalah sukses; keberhasilan yang diharapkan dan direncanakan dari awal mula ketika datang niat untuk membentuk tim.

Sukses sebuah tim adalah juga sukses anggota tim. Namun, sukses pribadi anggota tim tidak selalu merupakan sukses bagi tim. Bahkan, tidak jarang menjadi faktor pemecah dan pembubaran ketika salah satu anggota ingin menonjol sendiri.

Gambaran yang jelas terlihat pada tim sepak bola. Hanya jika setiap pemain memikirkan sukses bagi timnya, barulah kemenangan bisa diraih. Setelah itu, baru anggota tim yang menonjol dari anggota tim lainnya, karena kapasitas dan kepiawaiannya dalam bermain, akan melambung namanya lebih dari yang lain. Sebuah hasil bisa saja diukur secara kualitatif maupun kuantitatif.

Namun, untuk mengukur sebuah performance, sebaiknya dituangkan secara kuantitatif, entah itu berbentuk skor ataupun ukuran dalam jumlah tertentu, seperti dalam key performance indicator (KPI).

Pertimbangannya, ukuran secara kuantitatif lebih bersifat objektif, sedangkan kualitatif lebih bersifat subjektif. Kembali mengambil contoh permainan sepak bola yang akrab dengan kita.

Tim boleh saja bermain memukau, para pemainnya selalu menampilkan permainan terbaik yang mengundang kekaguman, namun tim itu tidak pernah mencetak gol. Secara kualitatif mungkin tim tersebut memperoleh penilaian sangat tinggi,namun secara kuantitatif, nihil.

Pada akhirnya, ukuran kuantitatif pula yang akan menentukan apakah tim itu layak disebut tim yang baik atau unggul. Hal-hal yang berkaitan dengan layanan, contohnya, selain diukur dengan kepuasan pelanggan, juga dapat dan perlu dibuatkan skor untuk menjadi ukuran kuantitatif.

Misalnya, dalam hitungan ukuran waktu (menit, jam, hari). Ambil contoh laundry; dua toko yang berbeda, dua-dua sama rapi, bersih dan teliti, namun yang satu menawarkan satu hari siap, yang lain dua hari.

Anda bisa menentukan mana yang lebih baik. Performance bukan saja untuk mengukur hasil kerja diri kita, juga harus merupakan output. Hasil akhir dengan tolok ukur kepuasan pelanggan, yaitu orang-orang yang paling berpengaruh dan paling berhak memberikan penilaian atas kita, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Bicara tim atau lebih tepatnya teamwork bisa bermacam-macam.

Ada yang berada di dunia nonkomersial seperti kerja sosial atau sukarela, ada yang berada di dunia bisnis—profit making—dan dunia pemerintahan. Apa pun statusnya dan di dunia mana berada, tuntutan terhadap sebuah tim sesungguhnya tidak berbeda, yaitu performance (hasil karya) yang maksimal. Dan, ukuran yang diterapkan seperti disebutkan di atas bisa bersifat kualitatif dan bisa kuantitatif.

Sekali lagi sebaiknya dan ujung-ujungnya harus bisa dikuantitatifkan. Bagaimana kita dapat meningkatkan performance sebuah tim? Mari kita lihat lebih jauh. Ada faktor internal, ada faktor eksternal. Apa yang bersifat internal seharusnya dapat dikendalikan dan dimotivasi, apa yang bersifat eksternal harus bisa kita monitor dan imbangi agar kita secara tidak langsung tetap memegang kendali.

Faktor-faktor internal antara lain manusia, organisasi, produk atau layanan, peralatan, sistem termasuk penilaian dan penghargaan (award and punishment) dan budaya. Faktor eksternal seperti pelanggan, baik individu maupun institusi, pesaing, industri dan pasar, ekonomi, politik dan kebijakan pemerintah, serta undang-undang. Dari faktor internal yang paling penting dan berpengaruh adalah manusia dengan varian begitu banyak.

Pada intinya performance=kemampuan (ability) x motivasi (motivation). Kemampuan adalah keterampilan untuk melaksanakan tugas, yang merupakan bagian dari tugas tim. Adapun motivasi, menganut Abraham Maslow, hierarchy of motivation (A Theory of Motivation, 1943: Basic Physiological Needs, Safety & Security, Belonging & Love, Know How, Aesthetic danSelf-Actualization dan paling ekstrem Transcendence).

Semakin tinggi tingkat latar belakang motivasi (di mana semakin sedikit yang dapat mencapainya), maka akan semakin kuat dorongannya. Karena itu, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan sebuah tim yang kuat. Pertama, merekrut mereka yang mempunyai keterampilan tinggi yang mampu mengerjakan tugasnya, dan mau belajar terus untuk meningkatkan kemampuannya.

Kedua, merekrut mereka yang mempunyai latar belakang motivasi pada tingkat yang lebih tinggi. Jarang ditemukan seorang langsung mempunyai keterampilan yang prima dan dengan latar belakang motivasi pada tingkat tertinggi.

Keduanya harus diproses dan ditingkatkan dari waktu ke waktu. Semakin tinggi hasil perkalian keduanya (abilityx motivation) dalam diri seseorang, maka akan semakin baik atau tinggi performance yang dicapai.

Tentunya, faktor manusia di atas bukan satu-satunya yang menjamin performance yang tinggi—sekalipun yang paling berpengaruh. Faktor lain yang cukup penting adalah bagaimana mempertahankan atau memacu top-performing team? Sebab, ada kecenderungan apabila tidak dipertahankan, maka akan cenderung menurun. Dalam satu periode tertentu, tantangan akan dapat dicapai, bahkan dilampaui.

Untuk itu perlu disiapkan tantangan baru. Jika sudah tidak ada lagi pesaing yang memadai, maka harus diciptakan rekor baru atas rekor diri sendiri yang pernah dicapai.

Departemen atau divisi penjualan adalah yang paling memerlukan tim yang tangguh dengan performance tinggi. Namun, juga dapat diterapkan di frontline job (tugas garis depan) lainnya termasuk dalam kemiliteran. So,why not double your team performance?!

ELIEZER H HARDJO, PHD, CM
Anggota Dewan Juri ReBi &
Institute of Certified Professional
Managers

No comments:

Post a Comment