Menilai Performa Reksa Dana Saham

Dengan potensi return yang tergolong tinggi, investasi pada instrumen berbasis saham selalu menarik untuk diperhatikan. Bayangkan saja, dalam dua tahun sejak krisis global melanda pada 2008,IHSG yang merupakan indeks rata-rata pergerakan harga saham telah mencatatkan returnsebesar kurang lebih 173 persen (periode 2009 dan 2010).
Namun, tidak semua orang dapat ikut menikmati keuntungan dari investasi saham. Pandangan bahwa investasi saham adalah sesuatu yang sangat berisiko dan sulit dilakukan masih melekat di pikiran kebanyakan investor Indonesia.
Karena itu, alternatif investasi pada reksa dana saham makin menarik bagi para investor tersebut. Sementara produk reksa dana saham pun semakin menjamur.
Dengan semakin banyak dan bervariasinya produk reksa dana saham yang ditawarkan di pasar, investor seringkali merasa kesulitan menentukan produk reksa dana yang tepat untuk menjadi tujuan investasi.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, investor memerlukan berbagai sarana, salah satunya adalah rating reksa dana. Rating reksa dana Infovesta adalah penilaian terhadap performa reksa dana dengan parameter-parameter yang kami pandang penting dalam menilai produk reksa dana.
Parameter yang digunakan adalah sebagai berikut: Baik buruknya performa reksa dana dalam periode pengamatan dengan menggunakan Sharpe ratiodan Jensen Alpha. Besarnya minat investor pada umumnya dengan memperhatikan besarnya dana kelolaan dan pertumbuhan unit penyertaan reksa dana. Tinggi rendahnya tingkat biaya yang dikenakan atas investasi reksa dana tersebut.
Metode Sharpe Ratiosecara sederhana merupakan pembagian antara Excess Return dengan risiko. Excess returnyang dimaksud di sini adalah selisih antara tingkat return yang direalisasikan reksa dana dengan tingkat suku bunga bebas risiko.
Sementara risiko yang digunakan adalah fluktuasi pergerakan NAB reksa dana yang diukur dengan metode standar deviasi. Semakin besar standar deviasi, semakin fluktuatif pula pergerakan reksa dana dan dikatakan lebih besar pula risikonya.
Jika hasil penghitungan Sharpe ratio adalah 10, artinya untuk 1 satuan risiko, excess return yang diperoleh suatu reksa dana adalah 10 persen. Semakin besar Sharpe Ratio, bisa dikatakan semakin optimal suatu reksa dana.
Metode Jensen Alpha merupakan pengukuran kemampuan reksa dana untuk dapat melebihi return teoretis yang seharusnya dapat dicapai oleh produk reksa dana tersebut. Return teoretis dihitung dengan mempertimbangkan kondisi bursa saham secara keseluruhan dan pergerakan kinerja dari produk reksa dana tersebut.
Sebagai ilustrasi, jika hasil perhitungan Jensen Alpha menyebutkan nilai 10 persen, berarti reksa dana tersebut berhasil merealisasikan tingkat return yang lebih tinggi 10 persen daripada tingkat return yang secara teoretis seharusnya dapat diperoleh reksa dana tersebut.
Semakin tinggi nilai Jensen Alpha, berarti bahwa pengelolaan reksa dana tersebut semakin baik dan optimal. Yang perlu diperhatikan oleh investor adalah penilaian-penilaian di atas bukan didasarkan pada besar kecilnya rasio yang dihasilkan, melainkan hasil peringkat reksa dana yang satu dibandingkan dengan reksa dana lainnya.
Ilustrasi peringkat lebih penting dibandingkan besaran absolut adalah sebagai berikut. Suatu reksa dana, misalnya, memberikan tingkat return 30 persen untuk satu tahun, apakah kinerja reksa dana ini bagus?
Bagus tidaknya tentu dapat dilihat dari beberapa perspektif yang berbeda. Jika returntersebut terjadi pada 2008 saat rata-rata reksa dana saham turun lebih dari 50 persen, reksa dana yang bisa untung 30 persen menjadi terlihat sangat superior.
Sebaliknya, jika return tersebut terjadi pada 2009 saat rata-rata reksa dana bisa membukukan return lebih dari 80 persen, reksa dana tersebut justru dapat dikatakan underperform relatif terhadap produk reksa dana yang lain.
Karena itu, bukan besar kecilnya return yang dibandingkan, tapi tingkat return yang diberikan lebih baik atau tidak dibandingkan dengan produk lain. Berdasarkan parameter-parameter di atas kami melakukan penilaian dan memberikan rating untuk tiap-tiap reksa dana.
Untuk reksa dana dengan performa terbaik relatif terhadap reksa dana yang lain, maka akan mendapatkan bintang lima dan terus turun hingga bintang satu untuk reksa dana dengan performa yang kurang baik relatif terhadap produk reksa dana yang lain.
Untuk memberikan penilaian terhadap performa produk reksa dana dalam berbagai periode, baik periode pendek, menengah, maupun panjang, kami mengklasifikasikan rating Infovesta menjadi tiga periode, yaitu periode enam bulan (periode pendek), periode Satu tahun (periode menengah), dan periode tiga tahun (periode panjang).
Berikut adalah reksa dana yang berhasil mendapatkan rating bintang lima (rating tertinggi) untuk periode ratingFebruari 2011 adalah sebagai berikut: Periode kinerja enam bulan : MNC Dana Ekuitas, Panin Dana Maksima; Periode Kinerja 1 Tahun: Mandiri Investa UGM, Manulife Saham Andalan, MNC Dana Ekuitas, Panin Dana Maksima, Panin Dana Prima, Syailendra Equity,
Opportunity Fund ; Periode Kinerja 3 Tahun: Panin Dana Maksima, Panin Dana Prima, Schroder Dana Istimewa Setelah mengetahui produk reksa dana yang memiliki performa yang baik, yang investor perlukan sekarang adalah memilih reksa dana yang dirasakan sesuai karakter risk and returndari investor sendiri dan dengan proyeksi perekonomian ke depan.
Investor juga diingatkan untuk terus memantau pergerakan rating dari produkproduk reksa dana tersebut. Hal tersebut karena hingga saat ini tidak semua produk reksa dana dapat secara konsisten mempertahankan kinerjanya yang dapat tercermin pada turunnya rating yang diperolehnya.
Investor juga disarankan untuk melakukan rebalancing secara berkala agar portofolio reksa dananya selalu berisi produk-produk reksa dana unggulan.
ELBERT SURYAJAYA
Riset Analisis
No comments:
Post a Comment