Wednesday, April 13, 2011

Capital Inflow

 
ISTILAH ini sering menjadi bahan diskusi, perbincangan yang seru di kalangan pelaku dan pengamat ekonomi. Pada momen tertentu ia begitu dirindukan, tetapi pada momen tertentu jika takarannya berlebih ia menjadi sesuatu yang menakutkan. Terkadang ia menjadi penyebab panas dingin para pengambil keputusan sektor moneter.

Belakangan capital inflow kembali menjadi pusat perhatian, karena alirannya semakin deras dan memompakan  energi yang membuat nilai tukar Rupiah semakin kuat. Pada Senin (4/4) lalu, Rupiah berada di kisaran Rp 8.660-an, rekor tertinggi sejak 2007. Bukan tidak mungkin jika capital inflow ini terus mengalir, Rupiah juga semakin berotot.

Efek derasnya capital inflow tidak hanya terasa pada nilai tukar Rupiah, tetapi juga bergetar di galeri pasar modal. Harga saham  terutama saham unggulan (blue chips)   bergerak naik. Capital inflow rupanya  mengalir juga ke pasar modal dan membubungkan harga saham dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga kembali menembus batas psikologis 3.700 setelah beberapa pekan mengalami tekanan jual.

Pertanyaan bagi awam, apa sih capital inflow, mengapa bisa terjadi capital inflow dan apa untung ruginya?  Jika disimak per definisi, kurang lebih capital inflow adalah jumlah uang asing atau sumber eksternal lain yang masuk ke suatu negara lewat pembelian aset di negara tersebut. Secara sederhana kurang lebih memang begitu, tapi untuk memahami secara detil tentang capital inflow  seperti apa penyebab capital inflow, apa efeknya terhadap ekonomi negara, bagaimana mengelolanya sehingga lebih banyak manfaatnya daripada mudaratnya  membutuhkan waktu untuk mendalaminya, tidak sesederhana definisi di atas.

Jika disimak, capital inflow merupakan  salah satu efek dari globalisasi pasar, globalisasi ekonomi dimana uang atau modal selalu mencari celah untuk mengalir ke tempat-tempat yang memberikan keuntungan lebih tinggi.

Jika  di negara A dinilai lebih menguntungkan secara ekonomi, maka uang akan mengalir ke negara A. Dan dari sisi negara A, aliran uang ini disebut capital inflow. Harus disadari bahwa uang yang mengalir itu selalu mencari tempat yang memberikan keuntungan lebih tinggi. Karena itu lama tidaknya ia mengendap di suatu negara sangat tergantung pada kondisi negara itu dalam perbandingannya dengan negara lain. Jika negara A secara konsisten memberikan keuntungan besar dan aman, maka capital inflow tadi akan mengendap dan betah tinggal lama. Tapi jika di luar negara A tadi, ada negara lain yang menjanjikan keuntungan lebih tinggi dengan tingkat kenyamanan dan keamanan yang lebih baik, maka uang tadi tidak akan ragu sama sekali untuk pindah tempat ke negara lain tersebut.

Dengan begitu jelas sekali bahwa derasnya capital inflow mampu mendongkrak kekuatan mata uang lokal, karena uang asing yang masuk tadi harus berubah wujud dulu agar bisa tampil dalam mata uang lokal. Jangan heran ketika capital inflow deras masuk ke Indonesia, maka nilai rupiah semakin bertenaga.  Bagi negara yang membutuhkan modal atau investasi, capital inflow merupakan berkah yang ditunggu-tunggu.

Dari sisi pasar modal, jelas sekali bahwa capital inflow  memberikan benefit yang luar biasa. Ia akan mencari saham-saham yang dianggap bisa memberikan keuntungan (gain) tinggi. Dari sini bisa dipahami, mengapa ketika capital inflow mengalir, minat beli di pasar sangat kuat, harga saham naik yang menyebabkan IHSG juga meningkat. Nett buying investor asing juga meningkat.

Tapi jangan salah, capital inflow yang terlalu besar juga membawa efek samping yang cukup berbahaya. Seperti ditulis di atas, capital inflow ini bersifat sangat dinamis, mudah bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Jika di Indonesia dinilai sudah tidak nyaman, maka ia tidak segan-segan hengkang begitu saja dari Indonesia dan meninggalkan jejak hitam. Jika ia hengkang secara bersamaan, bisa dipastikan akan menimbulkan goncangan ekonomi. Karena itu, tantangan bagi otoritas dan pelaku industri -baik industri keuangan maupun sektor riil- adalah bagaimana menciptakan iklim investasi yang membuat dana-dana asing ini betah tinggal lama di Indonesia, terutama di pasar modal.

No comments:

Post a Comment