Chairul Tanjung : Bagaimana Kebijakan Pemerintah?

Kenaikan harga minyak dunia dipicu oleh tingginya permintaan minyak oleh negara-negara dunia yang baru pulih dari krisis ekonomi. Selain itu, krisis ekonomi di negara-negara penyuplai minyak, Timur Tengah, juga makin memicu kenaikan harga minyak dunia.
Menurut Ketua Komite Ekonomi Nasional Chairul Tanjung, hal itu jelas memengaruhi Indonesia. Maka pemerintah jelas harus mengantisipasi harga minyak yang akan terus naik. "Nah, jadi gimana kebijakan APBN nya. Apakah menghilangkan subsidi, menurunkan, atau mempertahankannya," kata Chaerul, usai menghadiri Musrembang Pemerintah Provinsi Jawa Barat, di Hotel Horison, Bandung, Jawa Barat, Rabu (6/4/2011).
Namun, dia mengaku belum menghitung berapa kenaikan harga minyak saat ini karena belum dibicarakan dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Sebagai gambaran, Chaerul menuturkan, pada 2008 harga minyak pernah sampai USD140 per barel. "Lalu bagaimana jika sekarang nyampe USD160 atau USD200, itu saya belum bicara dengan Kemenkeu," ujarnya.
Dampak kenaikan harga minyak bagi Indonesia, menurut Chaerul, akan sangat besar. Karena energi dalam negeri mayoritas masih tergantung pada minyak. Padahal, kata dia, Indonesia punya energi lain di luar minyak.
Dia mencontohkan, Indonesia memiliki cadangan gas yang sangat luar biasa besarnya, jauh melebihi kebutuhan. "Maka mayoritas gas diekspor. Padahal ekspor gas sekarang harus dimanaj untuk penuhi kebut dalam negeri untuk menghonversi kebutuhan minyaknya," ungkapnya.
Indonesia, sebutnya, juga mempunyai geotermal terbesar di dunia, tapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Indonesia juga punya banyak batubara, namun hampir 100 persen diekspor. "Jadi banyak sebenarnya yang bisa dilakukan," ujarnya.
No comments:
Post a Comment