Gaji di bawah Rp2 juta? Jangan Ragu Berbisnis!
SIAPA bilang gaji di bawah Rp2 juta, tidak bisa berbisnis? Dengan modal berapapun, Anda bisa mulai menambak kocek kantong Anda.
Loh kok bisa? Jawabannya, untuk memulai bisnis kecil-kecilan, tidak melulu harus terpatok soal pendanaan. Karena, Tuhan telah menganugerahkan setiap manusia dengan talenta masing-masing. Inilah modal yang sesungguhnya, jadi manfaatkanlah talenta tersebut dengan sebaik-baiknya.
Demikian tutur penasehat keuangan Aidil Akbar Madjid, dalam sebuah diskusi mengenai perencanaan keuangan, di Jakarta, belum lama ini.
Seperti diketahui bersama, biaya hidup di kota besar seperti di Jakarta memang cukup tinggi. Gaji sekira Rp2 juta mungkin hanya mampu untuk bisa bertahan hidup seperti untuk biaya makan dan transportasi sehari-hari. Bila pengeluaran sama sekali tidak bisa diketatkan karena memang sudah pas-pasan, maka cara yang tepat untuk mengatasinya yaitu dengan menambah jumlah penghasilan.
Caranya, bisa mulai dengan memanfaatkan hobi. Kalau Anda punya hobi fotografi, mungkin bisa mencari kerja tambahan dengan menjadi fotografer di studio atau acara-acara pernikahan. Kalau Anda suka menulis, manfaatkanlah bakat menulis Anda dengan menjadi koresponden atau penulis di berbagai media.
“Kuncinya, jangan gengsi dan jangan takut untuk mulai berbisnis. Mulailah dari bisnis yang paling kecil dan jangan takut untuk terus belajar,” begitu ujar perencana keuangan yang memulai karirnya di Amerika Serikat sejak 1994 itu.
Akbar juga menceritakan, dirinya memiliki beberapa usaha sampingan seperti ojek motor dan menjual minuman ringan di beberapa kantin. Dari penjualan minuman ringan tersebut, dia menyebutkan mendapat omzet sebesar Rp3 juta per bulan.
“Walau cuma menjual minuman di lima kantin, saya bisa menghasilkan Rp15 juta per bulannya,” ceritanya.
Bila seorang konsultan keuangan saja tidak malu untuk berbisnis minuman ringan dan ojek, mengapa kita harus malu?
Untuk lebih jelasnya, Akbar mengungkapkan beberapa tips mengelola keuangan atau biasa disebutnya dengan istilah financial check up, antara lain:
1. Utang
Dengan cara mengurangi utang konsumtif dan utang non-produktif. Sebisa mungkin utang hanya 30 persen dari penghasilan utama rutin.
Tapi bagi yang sudah menikah? Penghasilan utama bukanlah penggabungan dari penghasilan suami-istri. Utamakan penghasilan suami sebagai penghasilan utama, karena wanita cenderung memiliki kondisi yang mengakibatkan harus berhenti kerja tiba-tiba, seperti hamil, melahirkan, dan sebagainya. Namun bila penghasilan suami masih belum cukup, bisa digabungkan dengan penghasilan istri. Dan apabila masih ada sisa dana, kelebihan dana sisa itu bisa dijadikan sebagai investasi.
2. Nilai Kekayaan Bersih (Net-Worth)
Nilai kekayaan bersih harus positif. Cara menghitungnya, yakni dengan mengurangi jumlah aset dan utang. Aset merupakan barang yang kita beli saat ini bila dijual beberapa tahun mendatang masih sangat bernilai, masih di atas 50 persen dari harga semula.
3. Alur Kas/ Alur Dana (Cash Flow)
Alur kas atau dana harus positif. Dihitung dengan cara mengurangi penghasilan dengan pengeluaran. Kalau hasilnya negatif, maka harus diketahui penyebabnya. Jika pengeluaran sudah tidak bisa dibatasi atau dihentikan lagi, berarti kesalahan ada di penghasilan. Maka, cobalah mencari alternatif penghasilan tambahan melalui kerja sampingan. Kuncinya, jangan gengsi!
4. Dana Darurat
Dana darurat merupakan suatu dana yang dialokasikan secara terpisah untuk memenuhi kebutuhan yang sangat darurat atau terpaksa.
Perlu diperhatikan, seseorang atau suatu keluarga tidak diperbolehkan berinvestasi yang bersifat jangka panjang sebelum memiliki simpanan sedikitnya satu sampai tiga bulan tabungan dana darurat.
Bagi yang masih lajang dan tidak memiliki tanggungan, minimal harus mempunyai simpanan sebanyak tiga bulan gaji. Bagi yang sudah berkeluarga atau memiliki tanggungan dua orang, minimal harus memiliki simpanan enam bulan gaji. Sementara bagi yang memiliki tanggungan lebih dari dua orang harus memiliki minimal 12 bulan gaji.
5. Asuransi
Asuransi juga memiliki andil yang besar, khususnya asuransi kesehatan. Jika dari tempat kerja tidak ada asuransi, maka dianjurkan untuk membeli asuransi dari tempat lain. Seperti diketahui, kesehatan itu mahal. Selain asuransi kesehatan, penting juga untuk mengasuransikan aset. Sementara untuk asuransi jiwa tidak begitu diperlukan. Bagi yang masih lajang, kelebihan dana sebaiknya diinvestasikan saja. Namun bagi yang sudah berkeluarga, asuransi jiwa cukup dibutuhkan untuk penunjang kehidupan anak dan istri nantinya.
6. Investasi
Dana investasi dianjurkan dipisahkan sesuai masa kebutuhannya. Untuk jangka pendek (lebih dari 1 tahun), bisa beinvestasi melalui tabungan, deposito, dan emas. Untuk jangka menengah (satu hingga lima tahun), investasi bisa berupa emas.
Sementara untuk jangka panjang (kurang dari lima tahun), bisa dengan cara membuka bisnis atau berinvestasi saham, sukuk, reksadana, dan sebagainya. Sekedar informasi, investasi emas atau logam mulia bisa berlaku untuk semua jangka, baik jangka pendek, menengah, dan panjang.
Investasi logam mulia atau emas batangan bersertifikat bisa disebut sebagai investasi paling aman dan mudah. Alasannya, kenaikan nilai emas bisa mencapai 15-20 persen per tahun dan inflasinya pun cukup stabil.
Untuk bekal pensiun nantinya, Akbar menjelaskan, sebaiknya mulai sejak saat ini anggarkan total penghasilan dengan merinci sebanyak 30 persen untuk biaya hidup, 30 persen untuk membayar cicilan atau utang, dan 30 persen untuk berinvestasi.
“Pola pikir (mind set) kita tentang uang harus diubah. Duit itu ilusi, dia akan menjadi nyata bila kita tuliskan menjadi angka di atas kertas,” demikian tutur Akbar dengan santai.
No comments:
Post a Comment