Wednesday, April 13, 2011

Lindungi Keluarga dari Ancaman Bencana

 
DALAM beberapa hari belakangan ini, kita sering membaca, mendengar, dan menyaksikan ragam musibah/tragedi yang terjadi di tanah air melalui tayangan berbagai media cetak maupun elektronik.

Belum lama berselang, saudara-saudara kita mengalami musibah banjir bandang dan tanah longsor di Wasior, Papua Barat. Minggu lalu, gempa berkekuatan 7,2 skala richer disertai gelombang tsunami melanda Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat yang menewaskan lebih dari 430 jiwa dan ratusan jiwa lainnya hilang.

Pada saat yang sama, Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah meletus dan mengeluarkan awan panas sehingga puluhan korban jiwa melayang dan puluhan ribu masyarakat harus tinggal di daerah pengungsian.

Ucapan belasungkawa, simpati, dan empati yang mendalam kita sampaikan kepada keluarga korban dari beragam musibah tersebut, dan kiranya mereka tetap memiliki antusiasme dalam melanjutkan perjalanan hidup ke depannya.

Informasi terkini menyebutkan bahwa puluhan gunung berapi pada beberapa wilayah di Indonesia saat ini mengalami peningkatan aktivitas vulkanis dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami erupsi seperti halnya Gunung Merapi.

Ini mengindikasikan bahwa ragam bencana masih akan terjadi ke depannya dan kita perlu bersiap untuk meminimalisasi jatuhnya korban jiwa. Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya dikitari oleh cincin api pasifik (deretan gunung berapi yang berjajar dari Sumatera hingga Papua), Indonesia memang rentan bencana dan mesti terus bersiaga.

Limpahan kekayaan alam dan anugerah dari Yang Maha Kuasa mesti disyukuri dan perlu dibarengi dengan sikap berjaga-jaga karena aneka bencana masih mengancam di depan mata.

Fenomena munculnya ragam bencana alam di negeri ini merupakan satu bentuk kemalangan atau musibah yang sebetulnya bisa diprediksi melalui kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi kita tidak pernah bisa mengetahui akurasi waktu kejadiannya secara pasti.

Secara khusus, musibah yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa,yang notabene menjadi pencari utama nafkah dalam keluarga tentu menimbulkan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.

Bukan hanya itu, perjalanan hidup mereka pun menjadi teramat berat pascamu-sibah tersebut. Apa pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari serangkaian musibah/bencana yang bisa terjadi setiap saat? Bagaimana halnya dengan antisipasi risiko di dalam diri kita sebagai kepala keluarga, yang notabene menjadi tulang punggung keluarga?

Bila satu kejadian yang tidak menyenangkan muncul, kita sering merenung dan mengemukakan satu penyesalan sesudahnya. Kita mungkin berkata, “Andaikata saya memiliki antisipasi yang tepat, mungkin saya dan keluarga tidak akan mengalami dampak buruk dari kejadian ini!”

Urgensi Perencanaan Keuangan Keluarga
Sebagai pribadi yang kuat dan beriman, kita harus memiliki keyakinan bahwa semua kejadian boleh saja terjadi, tetapi kita pasti memiliki kemampuan untuk mengatasinya. Apa pun masalah atau cobaan yang menimpa kita, kita bahkan perlu yakin bahwa semua itu tidak akan melebihi kemampuan kita untuk membereskannya.

Meskipun demikian, kita seyogianya bisa mengatur dan menempatkan diri pada posisi yang tepat. Artinya, selain kita mempersiapkan pengelolaan risiko terhadap kejadian tak terduga, dampak dari pengelolaan risiko tersebut juga bisa membuahkan manfaat bagi kita, orang-orang tercinta, dan bahkan bagi lingkungan. Hakikatnya, setiap individu dan keluarga pasti akan mengalami pasang surut dalam perjalanan kehidupan.

Peristiwa kelahiran ataupun meninggal dunia, misalnya, semua itu merupakan satu fenomena yang pasti terjadi. Dalam hal kematian, tidak ada seorang pun yang bisa memprediksi kapan hal itu terjadi dan bagaimana kita mengalaminya.

Apakah kita meninggal dunia pada saat kita memasuki hari tua? Atau, apakah Tuhan memanggil ketika kita masih dalam usia produktif? Apakah kita meninggal dunia tanpa mengalami sakit sebelumnya?

Atau, apakah kita mengalami cacat atau terdiagnosa penyakit kronis sebelum ajal menjemput? Tidak ada jawaban yang pasti! Apa yang terjadi manakala seorang bapak yang berfungsi sebagai pencari nafkah bagi keluarga meninggal dunia? Hal ini sudah tentu mempengaruhi kemampuan seluruh keluarga dalam mencapai cita-cita.Paling tidak,mereka akan mengalami penurunan standar kehidupan.

Kondisi akan lebih buruk bila proses meninggal dunia harus didahului dengan perawatan intensif akibat penyakit kritis yang berkepanjangan. Sudah tentu biaya pengobatan dan perawatan yang mahal akan muncul dan itu menjadi beban finansial yang cukup pelik bagi keluarga.

Bagaimana dengan Anda? Apa yang perlu Anda persiapkan untuk mengantisipasi ragam kejadian atau musibah yang bisa terjadi kapan pun? Anda seyogianya melakukan perencanaan keuangan keluarga secara jangka panjang melalui asuransi jiwa. Ini merupakan solusi bijak bagi Anda untuk mengantisipasi ragam kebutuhan finansial di kemudian hari!

Melalui polis asuransi jiwa, keluarga tercinta bisa terhindar dari peliknya beban finansial, termasuk di dalamnya risiko hilangnya pendapatan Anda akibat terjadinya kecelakaan yang menyebabkan kecacatan, sakit, meninggal dunia,dan kemalangan lainnya.

Kalaupun Anda tidak lagi bersama dengan keluarga tercinta, proteksi asuransi jiwa bisa mengakomodasi ragam kebutuhan dalam keluarga, misalnya biaya perjalanan hidup selanjutnya, termasuk biaya pendidikan untuk anakanak sebagai landasan kesuksesan mereka di masa mendatang.

Di tengah risiko munculnya ragam kejadian tak terduga, penerapan perencanaan keuangan keluarga Anda melalui skema asuransi jiwa menjadi teramat berharga untuk Anda lakukan!

Risiko finansial bisa dikurangi dengan cara mengidentifikasi kemungkinan kerugian yang bisa terjadi. Melalui asuransi jiwa, Anda bisa menetapkan cara yang tepat untuk menghadapi risiko jauh hari sebelum risiko tersebut benar-benar terjadi.

Dengan demikian, Anda bisa mengelola ragam risiko sehingga terhindar dari rasa khawatir dan penyesalan akibat kejadian yang tidak diharapkan di kemudian hari. Selamat berasuransi jiwa.(*)

EDDY KA BERUTU
Praktisi Asuransi dan
Ketua Departemen Pendidikan,
Pelatihan, dan Pengembangan AAJI

No comments:

Post a Comment