Mengejar Momentum Laporan Keuangan
Jika melihat kembali dari awal tahun hingga sekarang, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang cukup menegangkan. Maksudnya, setelah beberapa hari naik tajam, turunnya juga langsung tajam.
Sudah dua kali IHSG mencoba tembus ke level 3.800-an pada Desember tahun lalu dan Januari tahun ini. Namun, usaha itu tampaknya belum berbuah hasil. Bahkan, kinerja IHSG dari akhir tahun lalu hingga pekan ketiga bulan ini masih tercatat negatif, yaitu -5,65 persen.
Fluktuatifnya pergerakan IHSG bukan tanpa sebab. Sejumlah sentimen negatif, baik dari dalam maupun dari luar negeri, menjadi penyebab utama jatuhnya IHSG hingga menembus level 3.300-an pada Januari kemarin.
Dari dalam negeri, inflasi tahunan per Desember 2010 dilaporkan 6,96 persen atau melebihi ekspektasi maksimal di level 6,5 persen. Selain itu, rencana pemerintah mengenai pembatasan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada April tahun ini dan potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) semakin menambah kekhawatiran pasar.
Sementara dari luar negeri, China dilaporkan kembali menaikkan suku bunga kredit dan deposito hingga giro wajib minimum (GWM) perbankan sebanyak dua kali untuk meredam inflasi domestiknya.
Akibat terjangan sentimensentimen negatif tersebut, wajar jika investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) besar-besaran di pekan kedua dan ketiga Januari dengan akumulasi mencapai lebih dari Rp5 triliun. Memasuki Maret ini, IHSG tampaknya mulai mendapatkan tenaga setelah kembali berhasil menembus level 3.500-an.
Beberapa sentimen positif dari data ekonomi domestik,seperti inflasi bulanan (month on month) per Februari yang dilaporkan naik tipis 0,13 persen di bawah ekspektasi 0,2–0,5 persen dan stabilnya BI Rate periode Maret di level 6,75 persen setelah sebelumnya naik dari 6,5 persen menjadi 6,75 persen untuk periode Februari.
Selain itu, kabar penundaan waktu pembatasan BBM bersubsidi hingga ke bulan Juli juga semakin melengkapi sentimen positif di bursa karena inflasi selama empat bulan ke depan yang diperkirakan masih terkendali.
Nah, dengan munculnya berita-berita positif ini, apakah sekarang sudah waktunya untuk kembali masuk ke pasar saham? Sebelum membuat keputusan, ada baiknya kita melihat kinerja historis IHSG terlebih dulu untuk menentukan waktu tepat untuk masuk ke pasar saham.
Karena itu, penulis melakukan penelitian sederhana untuk melihat kinerja IHSG dalam rata-rata 10 tahun terakhir untuk setiap bulannya. Dari grafik di atas, rata-rata kinerja IHSG di April dalam 10 tahun terakhir mencapai 6,11 persen atau paling tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya, termasuk Desember yang hanya 5,85 persen. Mengapa demikian? Motor penggerak itu salah satunya adalah publikasi laporan keuangan.
Pada April, mayoritas emiten BEI sudah menerbitkan laporan keuangan per Desember yang sudah diaudit (audited). Selain April, kinerja bulanan IHSG yang positif ternyata masih berlanjut hingga Juli. Yang paling menggembirakan, secara akumulasi dari April– Juli, IHSG mampu mencetak kenaikan (return) 13,82 persen sebelum akhirnya terkoreksi pada Agustus.
Hal ini cukup wajar karena selain ditopang sentimen publikasi laporan keuangan emiten per Maret dan Juni, IHSG juga mendapatkan kabar baik dari data inflasi yang relatif rendah selama kuartal II.
Meskipun terdapat guncangan dari krisis politik di Libya dan krisis nuklir di Jepang pascabencana alam, tapi kinerja para emiten saham BEI di 2010 dan kuartal I tahun ini yang diperkirakan masih cukup solid akan menjadi tenaga utama penggerak IHSG. Karena itu,tidak perlu diragukan lagi bahwa saat ini menjadi waktu yang tepat untuk berinvestasi saham. Selamat berinvestasi!
THEODORUS PUTRANTYO
Analis Infovesta
No comments:
Post a Comment