Saturday, April 9, 2011

Garuda Indonesia, Masalah dan Peluangnya

 
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) telah menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 11 Februari 2011. Pada hari pertama listing, harga saham GIAA dibuka di bawah harga penawaran umumnya sebesar Rp750 per saham.

Hal ini tentu saja menimbulkan banyak persoalan dan polemik yang berkepanjangan. Pada perdagangan saham kemarin, harga saham GIAA berada di level Rp550, turun 26,67 persen dari harga perdananya (Rp750). Yang menjadi pertanyaan seluruh investor adalah apakah masih ada peluang kenaikan harga saham Garuda pada masa mendatang? Rekomendasi apakah yang harus diberikan kepada investor terhadap saham ini?

Belajar dari kontroversi yang terjadi sebelumnya,range penawaran harga saham GIAA ditetapkan antara Rp750– Rp1.100.Range harga yang menurut sebagian besar pelaku pasar tidak masuk akal karena terlalu mahal. Marilah kita lihat tabel satu yang menggambarkan valuasi sederhana GIAA dibanding perusahaan sejenis yang listing di berbagai bursa dunia.Dari tabel tersebut tampak bahwa anggapan mahalnya harga perdana saham GIAA tidak salah.Secara teknis penulis melihat bahwa timing dari IPO GIAA juga kurang tepat.

Sebab, saat bersamaan ada aksi korporasi lain dari BUMN yang lebih menarik. Lalu,apa rekomendasi yang cocok saat ini untuk saham GIAA? Marilah kita melihat beberapa pertimbangan fundamental yang ada. Pertama, tentu prospek mendatang yang cerah di mana Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sekitar 17.000 pulau dan dengan jumlah penduduk sebesar 237 juta jiwa.

Tentunya sebagai sarana penghubung antarpulau,transportasi udara merupakan pilihan efisien dan menghemat waktu apabila dibandingkan dengan pilihan lainnya,yaitu transportasi laut dan darat. Hal tersebut juga ditunjang dengan wilayah operasional Garuda yang perseroan melayani 31 tujuan domestik dan 31 tujuan internasional.

Kedua, Citilink, anak usaha Garuda yang berdiri sejak 2008. Saat ini persepsi masyarakat terhadap Garuda adalah perusahaan penerbangan premium dengan tarif mahal dan kurang terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah. Namun, saat ini Garuda juga memiliki Citilink yang berfokus pada penerbangan murah. Mengingat banyaknya pesaing di pasar seperti Air Asia dan Lion Air, Garuda harus dapat mengarahkan Citilink agar dapat menjadi penguasa pasar. Hal itu salah satunya dengan memperbanyak jumlah armada pesawat.

Dengan besarnya pangsa pasar yang ada Citilink dapat menjadi salah satu kontributor terbesar bagi pendapatan Garuda. Jika merujuk dari tabel dua terlihat terjadi penurunan pangsa pasar dari Garuda. Saat bersamaan jumlah penumpang yang menggunakan transportasi udara terus meningkat dan diprediksikan masih akan meningkat pada tahun-tahun mendatang.Dengan dana hasil IPO dan dukungan pemerintah tentunya usaha menjadikan Garuda pemegang pangsa pasar terbesar di industri penerbangan dalam negeri harusnya dapat terwujud lebih cepat.

Selain konsentrasi pada bisnis inti, Garuda juga harus dapat mengoptimalkan pendapatan dari usaha anak perusahaannya. Garuda Cargo yang mengelola bisnis angkutan barang, Garuda Sentra Medika yang mengelola bisnis kesehatan, dan Aerowisata yang mengelola jasa katering harus menjadi pendukung pendapatan perseroan, jangan justru menjadi benalu. Jika ada anak perusahaan yang tidak memberikan kontribusi nyata, manajemen perseroan secara profesional harus mengambil langkah- langkah yang diperlukan untuk mencegahnya,termasuk jika harus menjual anak usaha yang tidak produktif.

Hal lain yang perlu diingat investor adalah polemik yang terjadi pada saat penentuan harga IPO GIAA. Range yang ditetapkan pemerintah adalah Rp750– Rp1.100 per lembar saham.Harga yang diharapkan pelaku adalah Rp500–Rp600. Bukankah harga pasar saat ini (Rp550) adalah harga yang diinginkan pelaku pasar? Logikanya jika harga sudah sesuai yang diharapkan tentunya pelaku pasar akan mulai melakukan pembelian. Kenyataan bahwa harga saham GIAA cenderung stagnan sesungguhnya hanya dampak dari sentimen negatif harga perdana,bukan sentimen yang didasarkan pada kondisi saat ini.

Berdasarkan paparan yang ada,penulis memberikan rekomendasi beli untuk jangka panjang (long term buy) untuk GIAA.Catatan dari rekomendasi ini adalah harapan agar manajemen perseroan mampu secara profesional mengembangkan perusahaan. Bukan hanya dari sisi imej, tapi juga dari sisi keuangan.

Ukurannya jelas,PER yang menarik (sesuai industri),PBV yang tidak besar,DER yang terkontrol, nett profit yang meningkat, dan dividen yang menarik. Harapan penulis semoga masyarakat Indonesia tidak hanya bangga terbang bersama Garuda, tapi juga bangga menjadi pemegang saham PT Garuda IndonesiaTbk.

EDWIN SINAGA
Presiden Direktur PT Finan Corpindo Nusa

1 comment:

  1. Kesaksian !!! Kesaksian !!! kesaksian !!!
    Nama saya Endah Faridah, saya dari Indonesia, saya seorang Muslim yang taat Saya ingin menggunakan media ini untuk memberitahu semua orang mencari pinjaman untuk berhati-hati tentang scammers karena mereka setiap tempat, beberapa bulan yang lalu aku finansial turun, dan karena dari kebutuhan saya, putus asa dan kemiskinan, saya telah scammed oleh beberapa perusahaan bernama pemberi pinjaman online. Saya kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman dia sangat handal disebut ibu Lucy Smith yang meminjamkan Aman dan pinjaman tanpa jaminan dari $ 150,988USD dalam 24 jam tanpa tekanan, pada awalnya itu seperti mimpi bagi saya sampai aku melihat peringatan dari bank saya bahwa accout saya dikreditkan oleh Lucy Smith Pinjaman Perusahaan. Saya mendorong sesama Indonesia yang membutuhkan pinjaman untuk silahkan hubungi Ibu Lucy Smith melalui: lucysmithloanfirm@gmail.com
    Awas! Anda juga dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui: faridahendah007@gmail.com

    ReplyDelete