Personal Branding

KAMI akan memulai artikel ini dengan sebuah kata “branding”. Satu kata yang memiliki arti sangat luas. Belum banyak orang yang mengerti apa arti branding dan proses pembentukannya.
Menurut kamus, “brand” berarti merek, tetapi “branding” adalah sebuah proses yang lebih dari sekadar merek. “Branding” adalah proses pembentukan sebuah persepsi yang tanpa kita sadari, kita sehari-hari hidup dengan brand, bahkan lebih dekat dari yang kita kira. Visual adalah salah satu elemen penting dalam branding.
Biasanya tahap visual dikerjakan oleh seorang desainer. Seperti halnya kami, memakai peralatan peranti lunak (software) komputer,secara manual menggunakan alat gambar atau memakai peralatan penunjang lainnya. Tetapi, setiap orang sebenarnya desainer -tidak hanya grafis, interior, gedung, pertamanan- bahkan Anda adalah desainer. Mengapa demikian? “Karya desain” apa yang pernah kita hasilkan?
Bahkan mungkin sebagian dari kita tidak bisa menggunakan software desain komputer ataupun menggambar dengan baik. Karya tersebut adalah diri kita sendiri.Setiap orang adalah brand, tahap visual dari proses brandingnya dimulai dari apa yang kita kenakan, baju, celana, gaya rambut, kacamata, besar tubuh kita. Sampai ke hal-hal yang tidak berhubungan dengan visual seperti tutur kata, gaya bicara, perilaku, pola pikir, cara kita makan, dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan personal branding.
Kemudian apa yang memengaruhi personal branding? Setidaknya ada dua hal yang kita bisa lihat: Aspek internal (diri kita sendiri), yakni apa yang kita inginkan agar orang lain pikirkan saat melihat dan mengenal diri kita.Hal ini bisa sangat pribadi, bisa juga memiliki tujuan tertentu untuk mencapai sesuatu. Aspek eksternal (lingkungan sekitar kita),yakni apa persepsi yang muncul di benak orang lain ketika melihat dan mengenal diri kita.
Kalau aspek internal dan eksternal dapat kita sinkronisasikan, personal branding berhasil dengan sukses.Tetapi jika apa yang orang lain pikirkan tidak sama dengan apa yang kita inginkan, ada yang salah dengan proses personal branding yang kita jalani.
Personal Branding dalam Dunia Bisnis
Dalam dunia bisnis, persepsi yang ingin kita ciptakan (internal) harus sesuai dan relevan dengan segmen pasar yang ingin kita tuju (eksternal). Hal ini berarti bisa saja persepsi yang kita ciptakan bukanlah jati diri kita yang sebenarnya, melainkan bagian dari strategi untuk mengenai segmen pasar.
Misalnya, pengucapan kata atau kalimat tertentu yang menjadi merek dagang (trade mark) diri kita dalam dunia bisnis walaupun dalam sehari- hari kita tidak pernah mengucapkan kata atau kalimat tersebut. Beberapa contoh kasus personal branding dalam dunia bisnis:
1. Penggunaan nama individu sebagai sebuah brand. Ketika persepsi seseorang sudah sangat kuat di benak publik,nama orang tersebut ada yang dijadikan nama sebuah brand misalnya acara televisi “The Oprah”, “Kick Andy”, atau “Dorce Show”; serta merek parfum Paris Hilton.
2. Penggunaan nama atau sosok individu sebagai endorser sebuah brand. Hal ini banyak dilakukan oleh industri olahraga seperti Nike dan Adidas dengan menyewa bintang-bintang olahraga terkenal dalam komunikasi mereka. Ataupun pada brand produk-produk lainnya, tentu hal ini mempunyai jangka waktu tertentu.
3. Membangun kepercayaan dalam sebuah industri. Walaupun nama individu tidak dipakai sebagai nama sebuah brand atau endorser, dengan mendengar namanya saja, dapat membangun sebuah kepercayaan tanpa melihat orang tersebut berada di perusahaan mana. Kelebihan personal branding menjadi nama atau endorser dari sebuah brand adalah jika individu tersebut mempunyai persepsi yang baik, brand yang diwakilkan juga akan ikut meningkat kekuatannya, tentu saja juga berlaku sebaliknya.
Personal branding sebagai endorser lebih aman karena mempunyai masa kontrak, tetapi membutuhkan investasi untuk terus mencari endorseryang sesuai. (*)
DANIEL SURYA
Chairman DM IDHOLLAND
South East Asia
STEFANUS ALVIE Creative Director
DM IDHOLLAND
No comments:
Post a Comment